Refleksi dan Kesimpulan Filosofis Pendidikan Ki Hajar Dewantara

A.Ninik Angraeni M

Ki Hajar Dewantara adalah Bapak Pendidikan Nasional. Hal itu karena beliau merupakan seorang tokoh yang tanpa jasa memerdekakan Indonesia. Gagasan-gagasan filosofis beliau telah menjadi pondasi yang cukup kokoh dalam praksis pendidikan di Indonesia. Dalam perjuangannya terhadap pendidikan bangsa Indonesia, Ki Hajar Dewantara mempunyai Semboyan yaitu ing ngarsa sung tulada (di depan, seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan baik), ing madya mangun karsa (di tengah atau di antara murid, guru harus menciptakan prakarsa dan ide), dan tut wuri handayani (dari belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan). Ki Hajar Dewantara memaknai pendidikan secara filosofi sebagai upaya memerdekakan manusia dalam aspek lahiriah (kemiskinan dan kebodohan), dan batiniah (otonomi berpikir dan mengambil keputusan, martabat, mentalitas demokratik).

Bagi Ki Hajar Dewantara, para guru hendaknya menjadi pribadi yang bermutu dalam kepribadian dan kerohanian, baru kemudian menyediakan diri untuk menjadi pahlawan dan juga menyiapkan para peserta didik untuk menjadi pembela nusa dan bangsa. Dengan kata lain, yang diutamakan sebagai pendidik pertama-tama adalah fungsinya sebagai model atau figure keteladanan, baru kemudian sebagai fasilitator atau pengajar. 

Menurut Ki Hajar Dewantara, Pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. Lingkungan pendidikan meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan organisasi pemuda, yang ia sebut dengan Tri Pusat Pendidikan. 

Ki Hajar Dewantara senantiasa melihat manusia lebih pada sisi kehidupan psikologisnya, karena manusia memiliki daya jiwa yaitu cipta, karsa dan karya. Pengembangan manusia seutuhnya menuntut pengembangan semua daya secara seimbang. Pengembangan yang terlalu menitikberatkan pada satu daya saja akan menghasilkan ketidakutuhan perkembangan sebagai manusia. Beliau mengatakan bahwa pendidikan yang menekankan pada aspek intelektual belaka hanya akan menjauhkan peserta didik dari masyarakatnya. 

Manusia merdeka adalah tujuan dari pendidikan nasional kita. Merdeka baik secara fisik, mental dan kerohanian. Suasana yang dibutuhkan dalam dunia pendidikan adalah suasana yang berprinsip pada kekeluargaan, kebaikan hati, empati, cinta kasih dan penghargaan terhadap masing-masing anggotanya. Maka hak setiap individu hendaknya dihormati; pendidikan hendaknya membantu peserta didik untuk menjadi merdeka dan independen secara fisik, mental dan spiritual. Pendidikan juga hendaknya tidak hanya sekedar mengembangkan aspek intelektual sebab akan memisahkan dari orang kebanyakan. Pendidikan hendaknya memperkaya setiap individu tetapi perbedaan antara masing-masing pribadi harus tetap dipertimbangkan. Pendidikan hendaknya memperkuat rasa percaya diri, mengembangkan harga diri. Setiap orang harus hidup sederhana dan guru hendaknya rela mengorbankan kepentingan-kepentingan pribadinya demi kebahagiaan para peserta didiknya.

Pemaparan tersebut sejalan dengan konteks budaya lokal suku Makassar “Sipakatau Sipakalakbiri” (saling menghargai dan menghormati). Pedidik hendaknya lebih menghargai perbedaan individu anak, memanusiakan hubungan dengan peserta didik dan menanamkan cinta kasih, empati dan prinsip kekeluargaan dalam menuntun anak menurut kodratnya masing-masing.

Sebelum mempelajari modul 1.1 ini saya yakin bahwa anak itu dapat kita perlakukan sebagaimana yang diinginkan/dikehendaki oleh seorang pendidik. Dan saya meyakini bahwa saya selaku pendidik dapat mengubah diri anak. Ternyata hal ini sangatlah tidak sesuai dengan pemikiran KHD terkait pendidikan dan pengajaran. Pemikiran dan pengetahuan saya berubah bahwasanya hidup dan tumbuhnya anak itu terletak di luar kecakapan atau kehendak kita kaum pendidik. Karena anak adalah makhluk, manusia dan benda hidup sehingga mereka hidup dan tumbuh menurut kodratnya sendiri. Selain itu terdapat tabiat yang dapat diubah (intelligible) dan yang tidak dapat berubah (biologis) pada diri anak. 

Dengan pengetahuan dan pemikiran tersebut saya bertekad untuk mengubah mindset maupun perilaku terhadap anak didik saya di sekolah. Saya ingin lebih banyak mendengarkan mereka bercerita, menjadi pendengar yang baik sekaligus pemberi nasehat dan penuntun dalam setiap langkah terlebih ketika mereka mengalami kesulitan. Saya ingin menyayangi anak didik saya, menebarkan senyum kebahagiaan, membuat mereka merasakan kenyamanan dan keselamatan di lingkungan sekolah dan ingin lebih sering mengajak mereka belajar sambil bermain. 

Salam dan Bahagia.

Comments

Popular posts from this blog